Kamis, 27 Agustus 2009

Pupuk Kimia Vs Pupuk Organik

Pupuk kimia vs pupuk organik

Semua manusia yang masih hidup didunia ini pasti membutuhkan makanan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Peran petani sangatlah penting untuk menunjang kebutuhan manusia tersebut, tanpa ada petani maka makanan akan langka. Hal ini disebabkan dengan adanya petani maka tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok seperti padi, jagung dapat dibudidayakan dan ditingkatkan hasilnya. Namun apabila tanaman pokok tersebut tidak dirawat dan dibudidayakan maka akan berkurang hasilnya. Memang tanpa dirawatpun tanaman masih dapat tumbuh dan berproduksi, namun hasilnya akan berbeda ketika dirawat, karena tingginya persaingan dengan gulma, sehingga hasilnya sedikit.

Peran petani dalam menunjang peningkatan hasil produksi tanaman pokok tidak terlepas dari beberapa dukungan, yang meliputi keahlian, pengalaman, kualitas benih, kesuburan tanah, dan yang paling penting adalah peran pupuk. Pupuk merupakan salah satu komponen yang sangat dibutuhkan tanaman. Seperti halnya manusia membutuhkan makanan untuk dapat beraktifitas dan bekerja, tanaman membutuhkan pupuk untuk melengkapi kebutuhan dalam proses fotosintesis. Selain itu pupuk dapat memberikan nutrisi bagi tanaman dimana nutrisi tersebut belum ada ditanah tempat tanaman itu tumbuh.

Pupuk yang sudah ada dan dikenal banyak orang yaitu pupuk kimia, pupuk organik dan pupuk hayati. Dari jenis pupuk tersebut terdapat kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pupuk kimia mempunyai kelebihan cepat diserap oleh tanaman, cepat terurai, mudah larut, dan efisien dalam pemberiannya/pengaplikasiannya, sedangkan kelemahannya dapat membuat kondisi tanah menjadi kering, dapat mengurangi organisme dalam tanah yang bermanfaat, harganya mahal. Untuk pupuk organic mempunyai kelebihan mampu meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan organisme tanah, menggemburkan tanah dan dapat dibuat sendiri sehingga lebih ekonomis. Sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu agak lama dalam pembuatan dan pembentukan pupuk ini, sehingga kurang efisien waktu, kemudian aplikasinya tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman, masih membutuhkan waktu untuk dapat dipakai oleh tanaman. Sedangkan pupuk hayati mempunyai kelebihan mampu meningkatkan organisme menguntungkan dalam tanah dan mengurangi organisme pathogen dalam tanah, kelemahannya yaitu harganya agak mahal.

Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, KCl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya.

Sedangkan pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain. Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain. Namun, kandungan hara tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia.
Nama keren pupuk hayati adalah biofertilizer. Ada yang juga menyebutnya pupuk bio. Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok, karena pupuk hayati tidak mengandung hara. Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.

Pada akhir-akhir ini kelangkaan pupuk kimia mulai terasa, terbukti banyak petani yang rela membayar berapun untuk mendapatkan pupuk kimia. Mengapa harus terfokus pada pupuk kimia, padahal masih banyak pupuk lain selain pupuk kimia yang dapat dimanfaatkan. Petani biasanya mempunyai binatang ternak, dimana kotorannya masih kurang optimal dalam pemanfaatannya. Biasanya kotoran ternak hanya dibiarkan saja tanpa diolah menjadi pupuk.

Memang dari dulu pupuk kimia terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian bagi para petani, sehingga petani enggan untuk pindah ke pupuk organik. Pupuk kimia mampu memberikan hasil yang cepat kelihatan, seperti daunnya menjadi hijau segar, pertumbuhannya bagus, cepat besar. Namun dalam waktu lama pupuk kimia dapat membuat tanah menjadi keras, tandus dan persentase keberadaan organisme menguntungkan dalam tanah akan berkurang. Hal ini sudah mulai terlihat saat ini, yaitu kondisi tanah yang membengkak ketika suhu panas dan tidak kena air dalam jumlah banyak.
Sebenarnya tanpa pupuk kimia, tanaman masih tetap bisa tumbuh bagus dengan bantuan pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, dll. Pupuk organik mampu memberikan penyelesaian terhadap kondisi tanah yang disebabkan pupuk kimia. Pemberian pupuk organic dapat menggemburkan tanah, sehingga akar tanaman dapat lebih mudah menancapkan akarnya untuk mencari makanan dan nutrisi bagi keperluan hidupnya. Pupuk organic juga mampu mengundang dan meningkatkan keberadaan organisme dalam tanah yang mampu membantu menyediakan keperluan hara dan nutrisi bagi tanaman.
Untuk mengajak petani beralih kepertanian organik tampaknya agak sulit. Namun semua itu bisa dilakukan, walaupun dalam waktu yang lama. Perlu sedikit demi sedikit memberikan pengarahan dan pendampingan dalam bertani. Mungkin disinilah peran mahasiswa pertanian, yaitu memberikan pengarahan dan himbauan serta bantuan kepada petani sehingga mampu meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, bisa dilakukan dengan menggabungkan pupuk kimia dengan pupuk organik. Kalau pupuk kimia langsung dihentikan, maka produksi akan langsung turun drastis, hal ini karena yang semula tanaman dengan mudah memperoleh hara secara langsung dari pupuk kimia, menjadi kesulitan memperoleh hara. Untuk mengantisipasi hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengurangi dosis pupuk kimia sedikit demi sedikit. Semakin lama pupuk kimia semakin dikurangi dan pupuk organik semakin ditambah, sampai pupuk kimia tidak diberikan lagi namun produksi tetap banyak dan bagus.

Keuntungan menggunakan pupuk organik dibandingkan pupuk kimia yaitu, dengan pupuk organik kondisi tanah menjadi lebih gembur, bisa dibuat sendiri dan dapat meningkatkan organisme dalam tanah. Orang sering lupa bahwa selain kandungan hara, pupuk organik juga mengandung senyawa-senyawa organik lain. Meskipun kandungan haranya rendah tetapi kandungan senyawa-senyawa organik di dalam kompos ini memiliki peranan yang lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat. Kedua asam ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Singkat cerita, kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah.

Pupuk hayati, pupuk organik, dan pupuk kimia adalah jenis pupuk yang tegas perbedaanya. Namun saat ini ada kecenderungan untuk mengkombinasikan jenis-jenis pupuk tersebut. Misalnya ada produk pupuk yang menyebut dirinya pupuk NPK organik. Pupuk ini merupakan pupuk kimia yang dikombinasikan dengan pupuk organik. Ada juga yang menyebut sebagai pupuk bioorganik. Maksudnya adalah kombinasi antara pupuk organik dengan pupuk bio (hayati). Namun masih sedikit atau bahkan tidak ada yang mengkombinasikan pupuk NPK dengan pupuk hayati. Karena umumnya mikroba tidak tahan jika disatukan dengan pupuk kimia dalam konsentrasi tinggi. Begitu banyak sekali produk-produk pupuk dipasaran. Terserah Anda akan memilih yang mana. Saya sarankan Anda memilih pupuk hayati atau pupuk organik jika memungkinkan. Karena kedua pupuk ini sejauh ini lebih ramah lingkungan dan mempunyai keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kimia, serta berorientasi pada kondisi lahan kedepannya.


Tahapan pengomposan
1. Pemilahan Sampah
o Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
o Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
o Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
o Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
o Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
o Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
o Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%).
o Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
o Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
o Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
o Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
o Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
o Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
o Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
o Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Cara Membuat Pupuk Organik
Fenomena Pemupukan di Indonesia
Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk an-organik terus meningkat. Hal ini menunjukan penggunaan pupuk an-organik makin lama makin tidak efisien karena tidak sebanding dengan kenaikan hasil panen. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk an-organik yang berlebihan akan mengakibatkan penimbunan residu dalam tanah sehingga daya dukung tanah terhadap tanaman tidak sempurna sehingga mengurangi produktivitas lahan.
Penggunaan pupuk an-organik yang semakin tinggi yang tidak berimbang menyebabkan tanaman semakin rentan terhadap hama penyakit. Konsekuensinya untuk menghadapi hama dan penyakit yang semakin berkembang maka pestisida mulai digunakan secara rutin dalam melindungi tanaman. Selanjutnya untuk memperoleh hasil panen tinggi diperlukan biaya tinggi, seperti pupuk an-organik dengan dosis tinggi dan ketergantungan pestisida juga sangat tinggi. Oleh karena itu sistem ini sangat beresiko, hasil panen cenderung turun.
Pupuk Organik
Masukan bahan organik akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, sehingga kapasitas penyangga tanah semakin tinggi. Masukan bahan organik kedalam tanah juga dapat menurunkan derajat keasaman tanah. Tanah menjadi gembur. Dalam praktek masukan bahan organik dapat berupa sisa tanaman dan limbah pertanian, yang tersedia di lokasi tersebut atau berasal dari tempat lain.
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, jumlahnya tidak terlalu besar hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat tanah besar sekali, al:
• Sebagai operator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
• Sebagai penyedia sumber hara, makro dan mikro.
• Menambah kemampuan tanah dalam menahan air.
• Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (melepas hara sesuai kebutuhan tanah).
• Sumber energi bagi mikro organisme.
Pembuatan Pupuk Bokasi
Pupuk bokasi kandang
Bahan:
1. Pupuk kandang
2. Katul
3. Arang sekam
4. EM4
5. Tetes tebu
6. Air secukupnya
Cara Pembuatan:
1. Larutkan EM4 dan Tetes Tebu dalam air masing-masing 1 liter untuk 1 tanki (1 ltr/1 ton)
2. Pupuk kandang, katul dan arang sekam dicampur merata
3. Siram larutan EM4 dan tetes ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air dalam adonan mencapai 35-40% dengan ciri-ciri bila dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan dan bila dilepas maka adonan akan megar.
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian +/- 30 cm kemudian air ditutup dengan karung goni selama 5-7 hari.
5. Untuk mempertahankan suhu, adonan dibolak balik, kemudian ditutup dengan karung goni, suhu air diatas 50 drajat C selama 5 jam dapat mengakibatkan bokasi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
Cara dan Dosis Aplikasi
Dosis aplikasi pupuk organik antara 0,5-2 kg/m2.
Adapun caranya sbb.: Mula-mula pupuk disebarkan diatas tanah dengan dosis 0,5-2kg/m2 setelah disebar segera dicocok (dikecroh) agar tidak terkena sinar matahari terlalu lama, bakteri yang terkandung dalam pupuk organik akan mati kalau terlalu lama kena sinar ultraviolet.
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Pupuk Organik
Keuntungan: Menahan unsur hara baik makro atau mikro dan memperbaiki struktur tanah. Meningkatkan kapasitas kation, menambah kemampuan tanah menahan air dan meningkatkan kegiatan biologis tanah, dapat menurunkan jeratan keasaman tanah.
Kerugian: Karena kandungan hara rendah pupuk yang dibutuhkan cukup banyak hal ini berakibat biaya ekonomi dan perhitungan dosis agak susah.

Tidak ada komentar: